Feeds RSS

Kamis, 03 Juli 2014

The Indigo Children ( Anak Indigo)


 THE INDIGO CHILDREN: BAB1

Manusia diciptakan berbeda-beda satu sama lain, oleh karena itu muncul keinginan untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain. Dorongan tersebut membuat manusia menciptakan berbagai metode pengenalan diri yang sifatnya modern, seperti IQ, EQ, SQ, temperamen Melankolis, Koleris, Phlegmatis, dan Sanguinis. Selain dari metode-metode modern tersebut, manusia rupanya telah mengenal metode-metode pengenalan semacamnya sejak beribu tahun yang lalu, seperti Astrologi, Shio, dan aura. Metode kuno tersebut meskipun dipandang tidak realistis, namun telah diakui sebagai ilmu pengetahuan.

Aura merupakan suatu medan energi yang terdapat di sekeliling tubuh manusia, dengan kata lain aura adalah suatu energi kehidupan manusia. Melalui aura, manusia dapat mengetahui apa saja yang akan mereka pelajari dalam hidupnya. Pengamatan terhadap warna-warna kehidupan secara di era modern dipelopori oleh Nancy Ann Tape yang kemudian dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Understanding Your Life Through Color.  Dalam pengamatannya, Nancy menemukan suatu warna baru pada aura anak-anak yang lahir pada akhir dekade 1970-an hingga dekade 1980.  Warna tersebut adalah Indigo.
Nancy kemudian mengamati bahwa pada diri anak-anak dengan aura Indigo terdapat suatu atribut psikologi baru yang  belum pernah terekam pada generesi-generasi sebelumnya. 


Terdapat sepuluh ciri umum anak-anak Indigo:
1.  Mereka datang ke dunia dengan rasa ingin berbagi;
2.  Mereka menghayati hak keberadaannya di dunia ini dan heran bila ada yang menolaknya;
3.  Dirinya bukanlah yang utama, seringkali menyampaikan ‘siapa jati dirinya’ pada orang tuanya;
4.  Sulit menerima otoritas mutlak tanpa alasan;
5.  Tidak mau/sulit menunggu giliran;
6.  Mereka kecewa bila menghadapi ritual dan hal-hal yang tidak memerlukan pemikiran yang kreatif;
7.  Seringkali mereka menemukan cara-cara yang lebih tepat, baik di sekolah maupun di rumah, sehingga menimbulkan kesan “non konformistis” terhadap sistem yang berlaku;
8.  Tampak seperti antisosial, terasing kecuali di lingkungannya. Sekolah seringkali menjadi amat sulit untuk mereka bersosialisasi;
9.  Tidak berespons terhadap aturan-aturan kaku (misalnya: “tunggu sampai ayahmu pulang”);
10.  Tidak malu untuk meminta apa yang dibutuhkannya.


Namun banyak pula ciri-ciri lain anak Indigo lepas dari sepuluh karakter di atas, seperti bahwa anak Indigo tidak menghargai seseorang berdasarkan uban dan kerut-kerut wajah. Jika mereka diperlakukan secara kasar, anak Indigo akan pergi kepada pihak yang berwajib secara otomatis.  Banyak di antara mereka adalah filsuf yang dilahirkan secara alamiah untuk memikirkan arti kehidupan dan bagaimana cara menyelamatkan planet ini.  Para Indigo mengolah emosi mereka secara berbeda dengan non-Indigo karena mereka memiliki rasa harga diri yang tinggi dan integritas yang kuat.  Mereka bisa membaca orang lain seperti sebuah buku yang terbuka dan dengan cepet mengetahui dan menetralisasi setiap agenda atau usaha tersembunyi untuk memanipulasi mereka, betapa pun halusnya.  Tidak hanya mereka ahli dalam mengetahui agenda atau motif tersembunyi secara intuitif, mereka juga sama ahlinya dalam mengembalikan agenda tersebut kepada orang yang menggunakannya, khususnya orang tua mereka.
Mereka memiliki determinasi bawaan yang kuat untuk mengerjakan segala sesuatu untuk diri mereka sendiri dan hanya menginginkan bimbingan dari orang lain bila itu dikemukakan kepada mereka dengan penghargaan dan dalam format yang sebenarnya.  Mereka bisa mengisap pengetahuan seperti busa, khususnya jika mereka menyukai atau tertarik terhadao suatu persoalan. Para Indigo lahir untuk menjadi master.  Mereka datang untuk melayani planet ini, orangtua mereka, dan teman-teman mereka sebagai utusan dari Surga, pembawa kebijaksanaan bila mereka didengarkan. Mereka mudah terganggu ketika segala sesuatu, terutama percakapan, tidak sinkron.  Mereka senang menjadi spontan dan mudah menjadi sangat gembira tanpa alasan yang jelas.
Anak Indigo, menurut Nancy Ann Tape, terbagi lagi menjadi empat golongan, di antaranya:
  1. Indigo Humanis, yang akan bekerja dengan orang banyak, melayani sesama, dan hiperaktif. Mereka luar biasa suka bergaul dan ramah pada siapa saja. Mereka memiliki pendapat yang sangat kuat. Mereka kikuk dengan tubuh mereka, kadang-kadang mereka dapat berlari menabrak dinding karena lupa mengerem. Mereka cepet beralih perhatian.
  2. Indigo Konseptual, yang teruju kepada proyek daripada manusia. Tubuh mereka tidak kikuk, bahkan kebanyakan sangat atletis. Mereka suka mengendalikan orang lain, terutama orang tua , mereka. Jenis ini memiliki resiko besar terhadap kecanduan.
  3. Indigo Seniman, yang jauh lebih peka. Mereka lebih tertuju pada seni dan sangat kreatif. Jika masuk ke suatu bidang, mereka akan mengambil sisi kreatifnya.
  4. Indigo interdimensional yang akan membawa filosofi dan agama baru ke dunia. Pada umumnya mereka berperawakan lebih besar dari sebayanya dan mereka tahu segalanya, sehingga sukar untuk memberitahu apapun pada mereka.


Anak-anak Indigo juga sering disebut sebagai anak-anak berbakat (gifted), maka tidak heran jika mereka memiliki pula karakteristik anak-anak berbakat:
1.  Memiliki kepekaan yang tinggi.
2.  Memiliki energi berlebih.
3.  Mudah bosan, mungkin tampak seperti memiliki rentang perhatian yang pendek.
4.  Memerlukan orang dewasa yang secara emosional stabil di sekitarnya.
5.  Akan menolak otoritas jika orientasinya tidak demokratis.
6.  Memiliki cara belajar yang lebih disukai, khususnya dalam membaca dan matematika.
7.  Mungkin mudah frustasi karena mereka memiliki gagasan yang besar, namun kekurangan sumber daya atau orang untuk membantu mereka melaksanakan gagasan tersebut agar berhasil.
8.  Belajar dari tingkat eksplorasi, menolak ingatan dengan cara menghafal atau mendengarkan.
9.  Tidak dapat duduk tenang kecuali jika perhatiannya terserap pada hal yang menarik perhatiannya sendiri.
10.  Sangat perasa, memiliki banyak ketakutan seperti kematian dan kehilangan orang yang dicintai.
11.  Bila mengalami kegagalan dini, mereka mungkin menyerah dan mengalami hambatan belajar secara permanen.







Author Buku: Lee Carroll & Jan Tober.
Tahun terbit: 2006
Penerbit di Indonesia: PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia (BIP)

0 komentar:

Posting Komentar