Feeds RSS

Jumat, 04 Juli 2014

SINOPSIS NOVEL Canting - SASTRA INDONESIA (11)

Oke, mau share nih sinopsis beberapa novel sastra yang pernah aku baca waktu aku duduk di bangku sekolah menengah atas, dan emang sengaja ngerangkum di buat sinopsisnya u/ nambahain nilai BAHASA INDONESIA. Awalnya, aku punya masalah sama nilai bahasa Indo yang selalu rata-rata kkm, dan pengen banget dapet nilai diatas 77 paling enggak 8 keatas lah ahahaa. Dan setelah perundingan panjang lebar serta sedikit ngerayu ibu guru bahasa Indo, akhirnya aku dan temen sebangku (beta) punya kesempatan buat bagusin nilai bahasa Indo yang pas"an itu, biar dikelas 3 entar nilainya gak terlalu keliatan ngepas aja. Bukan  aku aja kok yang nilainya pas"an tapi ada banyak murid lainnya, tapi emang kita berdua yang kerajinan sama pengen bagusin nilai bahasa Indo.

Pasti setuju kalo ngecek nilai di raport bagusan mana nilai BAHASA INDONESIA sama BAHASA INGGRIS??? pastinya nilai bahasa inggris, walaupun kalian juga bukan orang bule kan?. Tapi kenapa? apa penyebabnya Bahasa Indonesia nilainya selalu rendah, bahkan lo ngerasa seneng kalo dapet nilai Bahasa Indonesia paling bagus itu rata-rata kkm (walaupun ngepas)


Dari semua mapel yang paling keliatan gampang tapi ternyata paling susah yaa ini nih, satu mapel ini BAHASA INDONESIA. Kalo lagi dijelasin dan diterangin guru itu keliatan gampang banget, nah pas ngerjain soal entah itu soal ulangan harian/UTS/UAS/UN horornya udah kayak soal MATEMATIKA. Dan paling males dari ngerjain soal Bahasa Indonesia adalah. waktu di bagiin soalnya aja udah keliatan lembarannya paling banyak. "MEMBACA" itu sebenernya kunci kalo mau menjadi penerus bangsa generasi muda yang pintar, cerdas, dan sukses. Walaupun udah banyak yang tau kalo membaca dapet nambah ilmu, tapi buktinya kebanyakan orang khususnya di negara kita tercinta ini, Orang-orangnya pada males membaca, tingkat kesadaran untuk membaca juga di Indonesia sangat rendah, beda dengan negara-negara di luaran sana yang udah maju.

Maka dari itu, jangan cuman ngeluh kenapa Indonesia belum bisa menjadi negara maju? kalo pada dasarnya aja, pola pikir masyarakat Indonesia belum bisa mencerminkan menjadi masyarakat maju. 
Apa yang salah dari masyarakat Indonesia saat ini? gak ada yang salah, cuman setau aku kalo mau menjadikan nergara itu menjadi negra maju maka benerin dulu SDM-nya. Kalo kata dosen sosio-ekonomi gue, "buat apa punya sumber daya alam melimpah kalo sumber daya manusianya masih rendah, yang ada sumber daya alamnya bakalan terbengkalai, tidak dapat di olah secara maksimal". 


yawdah gak usah terlalu dipikirin di kesempatan kali ini kan gue cuman mau share sinopsis novel sastra lama yang berjudul Canting

*di baca dulu sebelum langsung di copas ya ^^
GENERASI MUDA YANG CERDAS ADALAH GENERASI YANG GEMAR MEMBACA






1)                        Canting


Pengarang      : Arswenda Atmowilato
Raden Ngabei Sastrokumo merupakan seorang pengusaha batik tulis yang terkenal terutama di kota Solo. Kota Solo memang merupakan kota yang terkenal dengan batiknya. Raden Ngabei Sestrokusumo adalah seorang keturunan keraton, kaya serta dihormati dan disegani oleh semua orang. Dia jatuh cinta pada salah satu buruh pabriknya yang bernama Tuginem. Karena status ekonomi dan sosial yang berbeda, hubungan Raden Ngabei dan Tuginem tidak direstui keluarga besar Raden Ngabei Sestrokusumo. Dia sangat mencintai Tuginem. Meskipun tanpa persetujuan keluarga, kehidupan rumah tangga Raden Ngabei dan Tuginem sangat harmonis, rukun, bahagian dan dikaruniai enam anak. Karena dilahirkan di keluarga pengusaha batik dan pengalaman Tuginem yang didapatnya saat ia masih menjadi buruh di perusahaan batik, akhirnya mereka membuka usaha sendiri batik tulis yang diberi nama “Canting” setelah menikah dengan Raden Ngabei, Tuginem dipanggil dengan nama ibu Bei.
Usaha canting yang didirikan ternyata mengalami kemajuan yang pesat, hasil karya batik tulisnya banyak digemari dan di kagumi oleh masyarakat kota Solo bahkan luar kota Solo. Ibu Bei dibantu oleh beberapa karyawan yang dapat dipercaya. Oleh Raden Ngabei dan Tuginem batik canting yang diproduksi dari perusahaan mereka dipasarkan di pasar Klewer dan dengan anak buahnya sendiri Bu Bei mengelola atau menekuni langsung usaha mereka. Walaupun Bu Bei adalah seorang wanita karier, ia tidak melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Di rumah Bu Bei melayani suaminya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Membuatkan kopi, menyiapkan air hangat untuk mandi, menyiapkan makanan, setiap hari itulah tugas Bu Bei dalam melayani suaminya setiap hari. Keenam anaknya juga tumbuh menjadi anak yang membanggakan. Dengan usahanya itu Bu Bei dapat menyekolahkan anak-anaknya dengan baik. Anak yang sulung Wahyu Dewabrata menjadi dokter, Lintang Dewanti menjadi istri Kolonel, Bayu Dewasunu menjadi dokter gigi, Ismaya Dewakusuma menjadi Insinyur, Wening Dewamurti menjadi dokter yang kemudian menjadi kontraktor yang sukses, serta si bungsu Subandini Dewa Putri menjadi Sarjana Farmasi. Teknologi semakin lama makin modern dan banyaknya persaingan dari pengusaha lain.Kesuksesan batik canting lama kelamaan merosot. Selain itu kekuatan Ibu Bei dalam mengurus batiknya dan mengurus kehidupan rumah tangganya semakin lama semakin berkurang karena termakan usia. Canting produk mereka mulai mendapat saingan berat dari perusahaan pabrik besar dan modern. Penjualan batik yang begitu sulit dan hasil yang sangat kurang dan juga tidak ada satupun dari anak-anaknya yang mau meneruskan usaha batik tersebut,dengan terpaksa Bu Bei menutup usaha batik cantingnya. Tetapi anak bungsu mereka Subandini Dewa Putri merasa tergugah hatinya untuk mengambil alih usaha tersebut. Dia tidak rela jika usaha keluarganya hancur begitu saja. Dia ingin membangkitkan kembali usaha keluarganya namun terjadi perselisihan diantara mereka namun perselisihan tersebut dapat diselesaikan oleh Raden Ngabei. Tidak lama kemudian Bu Bei meninggal.



0 komentar:

Posting Komentar